Rabu, 14 Februari 2018

Sindoro Kala Fajar

Fajar datang tanpa salam, menggantikan embun yang membasahi pelupuk kenangan.

Hari pertama, Sindoro cerah. Seakan mewakili perasaan ini.

Di sini selain menjalankan tugas, aku menyambi menyusuri Sindoro yang berdiri gagah berhadapan dengan Sumbing. Masing - masing mempunyai cerita.

Cerita lama yang pahit, sepahit kopi pagi ini di Sindoro. Cerita kenangan yang buram, seburam mata melihatmu.

Ah, sudahlah. Aku ke sini ingin lepas. Menikmati secangkir susu di Sunrise Camp ditemani sang fajar yang lembut.

Hari kedua masih cerah, secerah memori ini yang sudah lupa akan lukamu.

Tapi.......

Hari ketiga Sindoro berubah kabut, dikelilingi, dikepung hingga sedikit tak terlihat apapun. Sungguh, kabut dingin itu menusuk relung hati yang dulu pernah tersentuh. Dingin. Yaa, sedingin sikapmu saat dulu.

Lagi.....

Aku mengingatmu disela-sela kabut dingin, juga menyentuh dedaunan. Basah, memori itu teringat lagi.

Untungnya, Fajar kemarin menyelamatkanku dari kenangan-kenangan pahitnya.

Fajar di Sindoro, kau mengagumkan❤

Gunung Sindoro, 2016
Fitri Fatimah