Kamis, 15 Desember 2016

Dies Natalis 3 tahun PALEM

                  

Enam belas di bulan dua belas
Tiga tahun sudah jelas
Semakin banyak kuantitas
Berharap akan selalu berkualitas

Merintis dari akar
Itu pondasi yang kuat
Umur yang masih belia
Awal dari keabadian

Mars PALEM selalu menggema
Dituntut tak hanya hafal, tapi melekat di hati
Getaran bibir ketika mengucap
Akan lari ke organ seluruh tubuh
Gemetar bangga dalam hati
Sebesar rasa aku memiliki
Tak ada yang tahu,
Biar ku saja yang rasa.

"Berkibarlah PALEM ku tetap jaya, Alam yang lestari itulah janji kami"

*tulisan dibuat sebagai bentuk rasa bangga yang tak bisa digambarkan seutuhnya. Hanya bisa dirasa, tak bisa dilihat.
Selamat Milad yang ke 3 tahun untuk Pegiat Alam Fikes UHAMKA (PALEM). Loyalitas tanpa batas tanpa harus diumbar.

Sabtu, 06 Agustus 2016

Jangan Hanya Singgah

Fajar terbit tanpa malu-malu
Burung pun merah tersipu
Suara merdu cicit-ciut mengalun sendu
Berirama menemani kala pagi yang bisu

Sama halnya dengan Kau di sini
Datang tanpa permisi
Lalu mata melirik ke hati
Mengambil setiap detik senyum manis ini
Berharap Senja akan kembali menemani

Tapi. Dulu....

Berabad-abad Senja meredup
Tatkala hatiku sakit tertutup
Karna Dia main serong dengan selundup
Perih terasa, luka tergores sangat cukup

Tapi. Kini....

Kau ciptakan bait demi bait puisi indah
Melantun di setiap Fajar terenyah
Bersama hilangkan resah
Bersama ciptakan kisah
Sungguh, berharap kau tak hanya singgah
Agar tak terulang hati yang patah

Jakarta, 2016

***Fitri Fatimah***

Senin, 11 Juli 2016

Bumi, Kau Marah?

Matahari mulai sibakkan sinarnya
Hujan turun tak beraturan
Malam tak lagi hitam pekat, kemerah-merahan
Bintang selalu bersembunyi, sampai ia malu untuk datang

Bumi, kau marah?

Pohon semakin tipis
Tebang sana, tebang sini
Berganti bangunan-bangunan kokoh
Sungai tak lagi mengalir
Efek rumah kaca semakin marak, berdiri diselangi kaca

Bumi, kau marah?

Laut menghempaskan ombak
Manusia berlari ke tepi
Teriak nan minta tolong
Gunung mengaung kencang
Getaran amarah, api memuncak

Bumi, kau marah?

Polusi membungkus para kota
Sehingga dedaunan terjatuh
Fajar terlihat redup
Senja terlihat samar

Sungguh,
Kau tak seperti dulu

Maafkan,
Kami sang pelakunya


***Fitri Fatimah***

Kamis, 30 Juni 2016

Satu Hari di Bulan Juni

Hai ...

Selamat datang belahan jiwa
Sapanya, padaku
Raut wajah penuh ceria
Tatapnya, padaku
Senyum merona hiasi rupa
Berinya, padaku

Hari ini
Aku datang membawa ambisi

Yaa, ini aku ..
Sebuah nama mengiringi perjalananku
Segelintir doa hiasi kedatanganku
Senja temani riang nan menggebu
Semesta pun, seakan setuju

Mari temani perjalananku
Mari rangkul kesalahanku
Mari ikut dalam ceritaku
Bersama engkau, dia, mereka
Hidupku penuh cerita

Hari ini
Satu hari di bulan Juni

- 30 Juni 1996-

***Fitri Fatimah***

Rabu, 15 Juni 2016

Kenanganlah

Jenuh mencekam
Sepi mengikat
Ku ingin lari jauh
Tinggalkan jejak
Tinggalkan bosan

Jenuh merasuk
Sepi menghantui
Ku ingin lepas penat
Lapangkan sakit
Lapangkan duka

Namun,
Seperti ingin tapi tak ingin

Jenuh membunuh
Sepi menjerat
Ku ingin hilang
Kosongkan rasa
Kosongkan pedih

Jenuh mencekik
Sepi menusuk
Ku ingin merdeka
Lenyapkan luka
Lenyapkan tangis

Namun,
Seperti ingin tapi tak ingin

Payah sekali
Teriak nan minta tolong
Ku butuh nyawa
Tuk bangkit kembali

Apadaya

Kenanganlah, menyelamatkan ku

***Fitri Fatimah***

Senin, 30 Mei 2016

Seperti Ingin tapi Tak Ingin

Awalnya, aku percaya perkataanmu.
Awalnya, aku mulai terbiasa candamu.
Awalnya, sakit yang kurasa tlah hilang olehmu.
Awalnya, manis sekali rayuanmu.

Tapi,

Lama-lama tutur katamu penuh dusta.
Lama-lama candamu hanya topeng.
Lama-lama kau sama seperti dia yang dulu.
Lama-lama kau tipu aku dengan buaianmu.

Untuk apa berpura-pura padaku?
Untuk apa berkata ingin tapi sungguh tak ingin?

Jawabannya,

Aku hanya pelampiasan olehmu.


***Fitri Fatimah***

Senin, 23 Mei 2016

Dasa Panjaga Gn. Lawu - 09 Agustus 2015






Puncak Hargo Dumilah, 3.265 mdpl menjadi saksi sejarah di Pegiat Alam FIKes UHAMKA (PALEM). Dimana banyak proses yang telah kami lewati, dimulai dari penyusunan Proposal, mencari informasi ke sana-ke sini, perencanaan yang menurut kami sudah matang tetapi takdir berkata lain, kenapa?kami sempat kehabisan air di Pos 4 Jalur Cemoro Kandang hal yang tidak disengaja hanya karna kelalaian teman kami, namun hal itu justru yang membuat kami semakin berfikir dan mengerti apa artinya kekeluargaan dan kerjasama untuk mencari solusinya.

Saat itu, kami pergi mendaki dari Jalur Cemoro Kandang. Selama di perjalanan kami saling menguatkan satu sama lain agar tidak ada yang menyerah sampai tujuan kami selesai. Di Pos 3 menuju ke Pos 4 ketika sore hari sekitar jam 5 kami terserang badai, jalan yang setapak, angin yang kencang, gelap mulai membungkus langit cerah, yang kami rasakan saat itu lelah dan kami mulai tak bergairah. Suara menyemangati satu sama lain dari kami, dari dua pendamping, dari Perintis itu terdengar sayu namun senjata bagi kami untuk bangkit. Saat itu kami tak menyadari bahwa yang sedang terjadi adalah badai. Dengan sekuat tenaga serta rasa melawan badai itu akhirnya kami cepat sampai di Pos 4, sekitar 3 jam lebih kami berjalan melawan rasa lelah, badai, sakit. Tapi percayalah, hal itu justru yang dapat menguatkan kami satu sama lain.

Keesokan harinya, kami berjalan menuju Puncak Hargo Dumilah. Ketika sampai, rasa syukur yang menyelimuti perasaan kami saat itu. Tak banyak kata, Alhamdulillah yang selalu terucap. Upacara pun dimulai, dipandu oleh MC serta dua pendamping yang selalu menemani kami sampai di Puncak ini. Lagu Indonesia Raya terucap dari mulut kami, getaran bibir dan rasa menggebu-gebu di hati. Hal itu juga sama ketika kami melantunkan lagu MARS PALEM, bangga serta haru yang dirasa saat itu. Benar kata orang, proses tak melupakan hasil.

Hari itu juga ketika sampai di Puncak kami melanjutkan perjalanan pulang melewati jalur Cemoro Sewu dengan persediaan air yang minim, sumber air di Pos 5 tidak ada, namun lagi-lagi disaat inilah kami diuji dalam kekeluargaan dan kebersamaan. Menjaga dan menyemangati satu sama lain adalah hal yang paling sering kami lakukan di perjalanan.

Satu hal, di Puncak Hargo Dumilah inilah yang membuat kami semakin cinta pada tanah air. Dan proses pendakian ini mengajarkan kami, bahwa puncak bukan tujuan melainkan bonus dari proses itu sendiri. Hanya dengan foto dan tulisan inilah yang bisa menjadi saksi dan sejarah, bahwa kami Dasa Panjaga serta satu orang dari Gemuruh Pasang pernah menjadi bagian sejarah merah putih di 3.265 mdpl.

"Jangan mengambil apapun selain gambar, jangan meninggalkan apapun selain jejak, jangan membunuh apapun selain waktu" - Anonymous

Sedikit throwback ketika Pengembaraan Angkatan II PALEM. Ini keluargaku, mana keluargamu?


***Fitri Fatimah***

Sabtu, 23 April 2016

Senja di Jakarta



-Senja di Jakarta-


Jakarta, sore kemarin di sekitaran Jl. TB Simatupang arah Lebak Bulus. Seperti biasa, dipenuhi oleh mobil-mobil dan motor-motor yang melintas. Jalanan yang lebar terasa sempit oleh banyaknya kendaraan, saat itu aku yang sedang mengendarai sepada motor dengan teman tepat dibelakangku. Pegal, lelah, gerah, keringat yang tak kunjung henti bercucuran sudah menemaniku di sepanjang perjalanan.

Tapi, yang membuatku berdecak kagum ketika ditengah-tengah kemacetan Jakarta, ku melihat Senja yang indah. Berlapiskan warna-warna yang sangat menarik, ya itu adalah Seni Rupa Allah, begitu aku menyebutnya.

Aku memang selalu suka melihat senja, mengagumi senja, memandangi senja, menyukai senja, dimanana pun itu. Begitulah, Senja di Jakarta kala sore ditengah kemacetan Ibukota.

📷 by Fadillah Rahmah


***Fitri Fatimah***