Senin, 30 Mei 2016

Seperti Ingin tapi Tak Ingin

Awalnya, aku percaya perkataanmu.
Awalnya, aku mulai terbiasa candamu.
Awalnya, sakit yang kurasa tlah hilang olehmu.
Awalnya, manis sekali rayuanmu.

Tapi,

Lama-lama tutur katamu penuh dusta.
Lama-lama candamu hanya topeng.
Lama-lama kau sama seperti dia yang dulu.
Lama-lama kau tipu aku dengan buaianmu.

Untuk apa berpura-pura padaku?
Untuk apa berkata ingin tapi sungguh tak ingin?

Jawabannya,

Aku hanya pelampiasan olehmu.


***Fitri Fatimah***

Senin, 23 Mei 2016

Dasa Panjaga Gn. Lawu - 09 Agustus 2015






Puncak Hargo Dumilah, 3.265 mdpl menjadi saksi sejarah di Pegiat Alam FIKes UHAMKA (PALEM). Dimana banyak proses yang telah kami lewati, dimulai dari penyusunan Proposal, mencari informasi ke sana-ke sini, perencanaan yang menurut kami sudah matang tetapi takdir berkata lain, kenapa?kami sempat kehabisan air di Pos 4 Jalur Cemoro Kandang hal yang tidak disengaja hanya karna kelalaian teman kami, namun hal itu justru yang membuat kami semakin berfikir dan mengerti apa artinya kekeluargaan dan kerjasama untuk mencari solusinya.

Saat itu, kami pergi mendaki dari Jalur Cemoro Kandang. Selama di perjalanan kami saling menguatkan satu sama lain agar tidak ada yang menyerah sampai tujuan kami selesai. Di Pos 3 menuju ke Pos 4 ketika sore hari sekitar jam 5 kami terserang badai, jalan yang setapak, angin yang kencang, gelap mulai membungkus langit cerah, yang kami rasakan saat itu lelah dan kami mulai tak bergairah. Suara menyemangati satu sama lain dari kami, dari dua pendamping, dari Perintis itu terdengar sayu namun senjata bagi kami untuk bangkit. Saat itu kami tak menyadari bahwa yang sedang terjadi adalah badai. Dengan sekuat tenaga serta rasa melawan badai itu akhirnya kami cepat sampai di Pos 4, sekitar 3 jam lebih kami berjalan melawan rasa lelah, badai, sakit. Tapi percayalah, hal itu justru yang dapat menguatkan kami satu sama lain.

Keesokan harinya, kami berjalan menuju Puncak Hargo Dumilah. Ketika sampai, rasa syukur yang menyelimuti perasaan kami saat itu. Tak banyak kata, Alhamdulillah yang selalu terucap. Upacara pun dimulai, dipandu oleh MC serta dua pendamping yang selalu menemani kami sampai di Puncak ini. Lagu Indonesia Raya terucap dari mulut kami, getaran bibir dan rasa menggebu-gebu di hati. Hal itu juga sama ketika kami melantunkan lagu MARS PALEM, bangga serta haru yang dirasa saat itu. Benar kata orang, proses tak melupakan hasil.

Hari itu juga ketika sampai di Puncak kami melanjutkan perjalanan pulang melewati jalur Cemoro Sewu dengan persediaan air yang minim, sumber air di Pos 5 tidak ada, namun lagi-lagi disaat inilah kami diuji dalam kekeluargaan dan kebersamaan. Menjaga dan menyemangati satu sama lain adalah hal yang paling sering kami lakukan di perjalanan.

Satu hal, di Puncak Hargo Dumilah inilah yang membuat kami semakin cinta pada tanah air. Dan proses pendakian ini mengajarkan kami, bahwa puncak bukan tujuan melainkan bonus dari proses itu sendiri. Hanya dengan foto dan tulisan inilah yang bisa menjadi saksi dan sejarah, bahwa kami Dasa Panjaga serta satu orang dari Gemuruh Pasang pernah menjadi bagian sejarah merah putih di 3.265 mdpl.

"Jangan mengambil apapun selain gambar, jangan meninggalkan apapun selain jejak, jangan membunuh apapun selain waktu" - Anonymous

Sedikit throwback ketika Pengembaraan Angkatan II PALEM. Ini keluargaku, mana keluargamu?


***Fitri Fatimah***